KENAPA SIH KITA GA' BOLEH PACARAN??
Sesungguhnya Islam itu Indah dan membawa kebahagiaan bagi yang
menjalankannya dengan ikhlas mengharap keridaan Alloh Subhanahuwataala
semata (mengharap wajah Alloh kelak di akhirat).
Bukankah pacaran itu indah dan membahagiakan? Mengapa Islam
melarang keindahan dan kebahagiaan ?
Si Fulan
melihat teman-teman di sekitarnya asyik berpacaran. Mereka selalu
berdua, punya teman curhat, punya tempat untuk mencurahkan kasih
sayang, diperhatikan dan dimanja oleh pujaan hati, dan serentetan
“slide” lainnya yang membuat Fulan iri. Tapi karena keimanan yang Fulan
miliki, di lubuk hatinya masih terdengar suara indah : ”Tidak, ini
adalah aktivitas mendekati zina”. Tapi setan tidak tinggal diam, ada suara lain di hati
Fulan : “Ah, jangan terlalu alim! Hidup hanya sekali! Rugi kalau
nggak pacaran! Kapan lagi kamu bisa bermesraan dan merasakan
kebahagiaan? Toh kamu tidak melakukan zina!”. Lain waktu setan
melancarkan jurusnya yang lain : “Kalau kamu tidak pacaran, kamu
baklalan ngga’ dapat jodoh!” Ach yang bener…?? “Semangat
belajarmu bias meningkat!”
Dasar setan, si musuh
bebuyutan yang selalu menggentayangi anak manusia untuk bermaksiat
kepada Rob Azza Wa Jalla.
“Sesungguhnya setan itu adalah
musuh utama bagimu, maka jadikanlah ia musuh (mu), setan itu hanya
mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala.” (Fatir ; 6)
Ternyata teman-teman kita masih
banyak yang juga berpendapat demikian, makanya pembahasan mengenai
pacaran adalah hal yang ga’ pernah basi bahkan ditunggu-tunggu untuk
sekedar mengingatkan ato refreshing keimanan bagi kita yang
udah tahu ilmunya.
Walaupun jika kita merasa bahwa
aktivitas pacaran bukan merupakan aktivitas zina, tapi segala proses
pacaran adalah tidak lepas kecuali menuju/ mendekati perbuatan keji
tersebut.
Dari Abu Huroiroh Rodiallohuanhu.
Rosululloh bersabda :
“Ditulis pada Ibnu Adam
bagian-bagian dari zina. Zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan
adalah berbicara, zinanya kedua telinga adalah mendengar, zinanya kedua
tangan adalah meraba, zinanya kaki adalah melangkah, dan jiwa yang
berkeinginan adalah menyenanginya dan farji (kemaluan) yang membenarkan
atau mendustakan.”
Apakah saling
berpandangan dalam pacaran tidak menimbulkan syahwat? Apakah saling
berbicara dan bermanja-manja tidak menimbulkan gejolak jiwa? Apakah
saling bersentuhan tangan tidak membuat merinding bulu roma? Apakah
berangan-angan untuk itu tidak melenakan manusia? Sudah jelas dan trgas
di jelaskan dalam hadist shohih di atas, meskipun farji tidak
melakukan aktivitas zina, tetap segala sesuatu yang menjurus kepada hal
itu dikatakan zina. Meskipun hokum yang berlaku atasnya berbeda dan
tingkat dosanya berbeda-beda. Wallahu a’lam.
Lalu mengapa kita
seringkali tergiur kapada aktivitas harom ini, padahal sudah
jelas-jelas keharomannya?
Jawabannya adalah pada diri kita
sendiri. Apakah kita sudah mengetahui ilmunya, ataukah kita seperti
orang munafik yang tau ilmu tapi tidak berusaha untuk mengamalkannya.
Ataukah kita malas mencari ilmu syar’i yang bisa menunjukkan jalan
keselamatan, membuka pintu hidayah Alloh Subhanahuwataala.
Firma Alloh dalam surat Al Isro’ :
32 “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan keji dan munkar.”
Mencari ilmu syar’i
adalah kewajiban bagi tiap muslim. Tidak hanya mengetahui dan
mengamalkan hokum Pacaran, tapi hal-hal lainnya yang jauh lebih penting
seperti ibadah, fiqh, akhlaq, adab, muamalah, dan lain-lain yang harus
kita cari ilmunya untuk diamalkan dari hal-hal yang wajib, nafilah
(ibadah keutamaan) hingga manghindari hal-hal yang makruh serta tidak
terlena dalam hal-hal yang mubah.
Jadilah seorang pejuang
Alloh yang punya misi hanya tertuju pada Alloh. Setiap hela napas kita
hanya tertuju untuk beribadah kepada Alloh Subhanahuwataala.
Sesungguhnya Islam itu indah dan membawa kebahagiaan bagi yang
menjalankannya dengan ikhlas hanya mengharap ridho Alloh
Subhanahuwataala semata, serta dengan I’tiba’ (mengikuti) sesuai dengan
apa yang diajarkan Rosululloh melalui pemahaman para Sahabat
Rodiallohuanhum, tabiin dan tabiut tabi’in Rohimakumulloh (Salaf
As-Sholih).
Bukankah pacaran itu
indah, dan membahagiakan mengapa Islam melarangnya? Syubhat klasik yang
sering dilontarkan oleh para pemuja hawa nafsu. Segala sesuatu dalam
benaknya tentang keindahan pacaran hanya merupakan sesuatu yang semu
belaka. Begitulah setan membuat indah dunia ini dalam pandangan
orang-orang yang rapuh imannya. Bukankah Alloh telah mengingatkan
bahwa sesuatu yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Alloh?
Hanya Allohlah yang Maha Tahu segala yang terbaik bagi hamba-Nya.
Solusinya?
Alloh
menumbuhkan rasa cinta dalam tiap dada manusia terhadap lawan jenis
yang merupakan fitroh manusia. Alloh juga menyediakan tempat penyaluran
jenis cinta yang satu itu jauh lebih indah dari sekedar pacaran, yakni
pernikahan. Sungguh salah satu bukti keindahan Islam.
Alloh berfirman dalam surat
Ar-Ruum:21 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Jika Alloh melarang kita
untuk mendekati zina (pacaran). Berarti Alloh sudah menyediakan suatu
proses menuju pernikahan yang lebih indah, elegan dan tetap menjaga
kehormatan daripada sekedar pacaran. Jadi pacaran yang benar adalah
pacaran setelah pernikahan. Artinya kita boleh mencurahkan segala cinta
manusiawi kita terhadap pasangan hidup hanya karena Alloh, karena
mencintai Alloh serta demi memelihara kehormatan diri.
So, bagaimana proses syar’i menuju
pernikahan?
1. Sholat Istikhoroh
Jika seseorang telah
membulatkan tekadnya untuk menikah, maka hemdaknya ia meminta
kepada-Nya agar memberi yang baik baginya, insya Alloh. Serdasarkan
sabda nabi dalam hadist”apabila seorang diantara kamu berhasrat
melakukan suatu perkara maka hendaknya ia mengerjakan sholat dua rokaat
diluar sholat fardhu. Kemudian bacalah doa ini : “Ya Alloh,
sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepadaMu, ilmuMu, aku
memohon kekuatan kepadaMu, dengan keMahakuasaanMu, aku memohon karuniaMu
yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sementara aku tidak kuasa.
Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang
Maha Mengetahui Perkara yang Ghoib. Yaa Alloh apabila Engkau megetahui
bahwa perkara ini baik bagiku, bagi agamaku, bagi hidupku dan baik
akibatnya terhadap diriku, (atau ia katakan: baik bagiku di dunia
maupun akhirat), maka tetapkan dan mudahkanlah bagiku. Dan sesungguhnya
jika Engkau tahu bahwa perkara ini buruk bagiku bagi agamaku, bagi
hidupku dan buruk akibatnya terhadap diriku, (atau ia katakan: buruk
bagiku di dunia maupun akhirat), maka jauhkanlah perkara ini bagiku dan
jauhkan diriku darinya. Tetapkanlah kebaikan untukku di mana saja aku
berada, kemudian jadikan diriku ridha menerimanya.” Lalu Rosul bersabda
“Lalu silahkan ia sebut kepentingannnya” Hadits riwayat Bukhori.
2. Ta’arruf/ melihat calon istri/
suami
Bila seseorang ingin
menikahi wanita yang diidam-idamkannya (artinya dia memang telah
benar-benar tekad untuk menikah) maka ia boleh mencuri pandang
melihatnya. Ia boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk
menikah. Dalam hal ini ada beberapa hadits diantaranya;
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata,
Rosululloh bersabda:”Apabila seseorang diantara kamu ingin melamar
seorang wanita, maka ia bisa melihat apa-apa yang dapat mendorongnya
menikahinya maka lakukanlah”. H.R. Abu Dawud.
Laki-laki
tersebut juga boleh mencari-cari berita terhadap wanita yang ingin
dinikahinya, tapi hanya dalam batas informasi untuk mengantarkan kepada
pernikahan. Misalnya bertanya kepada saudara laki-laki si wanita,
orang tua si wanita, atau mengutus seorang wanita (mahrom dari
pengutus) untuk mendekati si gadis. Begitu pula sebaliknya, seorang
wanita juga boleh lebih dulu memulai proses ini.
3. Khitbah/ Melamar calon istri
Setelah itu hendaklah ia
melamar wanita pilihannya itu kepada walinya (wali dari si wanita).
Bagaimana jika seseorang belum
mampu untuk menikah?
1. Shoum (berpuasa)
Sabda Rosululloh:”Wahai
para pemuda, siapa saja diantara kamu yang memiliki kemampuan hendaknya
ia segera menukah. Karena menikah itu akan lebih menundukkan pandangan
nya dan menjaga klemaluannya. Barangsiapa yang belum mampu, maka shoum
merupakan salah satu peredam nafsu syahwat baginya.”
2. Ghodul bashor (Menundukkan
pandangan)
“Katakanlah kepada para
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan dan
memelihara kemaluan; karena yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah
juga kepada para perempuan yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangan dan memelihara kemaluan, dan hendaklah tidak menampakkan
perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak. Dan hendaklah menutupkan
kain kerudung ke dada mereka”. (An-Nur ayat 30-31).
Bukan berarti
menundukkan pandangan adalah selalu menundukkan wajah hinnga kita
ngga’ tahu di depan ada tembok, lalu terbentur!! Menundukkan pandangan
berarti menjaga pandangan agar tidak liar atau tertuju pada hal-hal
yang diharomkan, sehingga kita dapat mengendalikan hati dan membuatnya
bercahaya dalam naungan iman dan taqwa.
3. Menghindari khalwat, ikhtilat
dan lingkungan yang menjurus pada legalisasi pacaran.
Berduaan dengan lawan
jenis tanpa mahrom (kholwat) dan bercampur-baur antara laki-laki dan
perempuan ajnabi (yang bukan mahrom) sebenarnya dilarang dalam Islam.
Akan tetapi kondisi dan lingkungan di negara kita saat ini banyak yang
tidak memungkinkan untuk menghindarinya 100% seperti di sekolah,
kampus, bis kota, dan tempat-tempat yang seharusnya dipisah antara
laki-laki dan wanita. Karenanya kita harus pandai-pandai meminimalisir
khalwat dan ikhtilat apabila memang kita dituntut untuk demikian demi
kemaslahatan yang lebih banyak. Apalagi berkumpul dengan teman-teman
pelaku pacaran, lebih baik berkumpul dengan orang-orang sholih. Karena
keimanan seseorang dapat dilihat dari teman-temannya atau dengan siapa
dia bergaul.
4. Mengingat-ingat kematian yang
bisa saja datang kapan saja, siksa kubur, kiamta, neraka, surga, dan
segala sesuatu yang dapat membuat kita cenderung kepada Alloh, takut
dan berharap kepadaNya.
5. Menyibukkan diri dengan
aktivitas syar’i terutama mencari ilmu syar’i
Mencari ilmu syar’I bisa
melalui membaca bubu-buku atau majalah Islam syar’I dan mendatangi
kajian-kajian yang benar-benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah dengan
pemahaman As-Salaf As-Sholih.
Ma’roji:
- Bekal-bekal Menuju Pelaminan Mengikuti Sunnah oleh Abu Ishaq Al Huwaini Al Atsari
- Tafsir Ibnu Katsir An-Nur: 30-31
- Elfata edisi 1 Vol.6/ 2006 : Jerat Maut si Penggoda
- Buletin Ar-Rohman No.3/Th.11/April2003 (Remas Al-Baiturrahman SMU Negeri I Jember)
Enggak mudah memang tidak pacaran
di tengah zaman millenium seperti ini. Dikatain macem-macem, nggak laku lah,
sok suci lah, nggak gaul lah.. Tapi yakin deh, semua akan indah pada
waktunya..
Yuk Move on, hapus kata Pacaran sebelum menikah. Jaga diri, jaga hati, jaga pandangan, jaga perbuatan, jaga lisan, jaga iman :’)
Aku bilang ini bukan berarti aku
ngerasa paling bener atau bagaimana, tapi Maha Benar Allah dan mari kita
bersama-sama menuju ridho dan maghfirahNya..
Mari kita doakan saudara kita
semoga cepet move on dari Pacaran,
semoga jodohnya didekatkan dan hatinya dikuatkan. Insya Allah..
Tria Nurfitria :) ♥